Wah Ternyata ini dia Hukum Istighosah yang Benar. Istighosah Ternyata.....

Dzikir Berjamaah/Istighosah

Arti istighasah adalah memohon pertolongan kepada Allah Swt. Pelaksanaan istighasah diisi dengan doa-doa dan dzikir-dzikir tertentu yang dibaca secara berjamaah dan dipimpin oleh seorang Imam istighasah. Dalil dianjurkanya istighasah, atau dzikir berjamaah antara lain al-Qur‘an surat al-Imran ayat 191:
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Ada sementara kalangan yang tidak menyepakati digunakannya dalil tersebut sebagai pembolehan dzikir berjamaah. Mereka mengutip pendapat dari Syaikh Dr. Muhammad bin Abdur Rahman al-Khumayyis dalam “Adz-Dzikr alJama’i baina al-Ittiba’wal Ibtida‟. Menurutnya, sighat (konteks) jama’ dalam ayat di atas (yakni kata ―yadzkuruna’) adalah sebagai anjuran yang bersifat umum dan menyeluruh kepada semua umat Islam untuk berdzikir kepada Allah Swt. Tanpa kecuali, bukan anjuran untuk melakukan dzikir berjama'ah. Selain itu jika sighat jama’ dalam ayat tersebut dipahami sebagai anjuran untuk melakukan dzikir secara berjama’ah atau bersama-sama maka kita akan kebingungan dalam memahami kelanjutan ayat tersebut. Disebutkan bahwa dzikir itu dilakukan dengan cara berdiri (qiyaman), duduk (qu’udan) dan berbaring (‘ala junubihim), lalu bagaimanakah praktek dzikir bersama-sama dengan cara berdiri, duduk dan berbaring itu? Apakah ada dzikir berjama'ah dengan cara seperti ini? Selain pernyataan ketidaksepakatan tersebut, yang dipermasalahkan juga oleh mereka yang tidak sependapat adalah bahwa ayat tersebut turun kepada Rasulullah Saw. dan para shahabat berada di samping beliau. Apakah Rasulullah Saw. dan para shahabat memahami ayat tersebut sebagai perintah untuk dzikir bersama-sama satu suara? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan alasan Bahwa Rasulullah dan para sahabat pernah melantunkan syair (Qasidah/Nasyidah) di saat menggali khandaq (parit). Rasul Saw. dan sahabat r.a bersenandung bersama sama dengan ucapan: "Haamiiim laa yunsharuun..". Cerita ini termuat dalam buku sejarah tertua, yakni Kitab Sirah Ibn Hisyam Bab Ghazwat Khandaq. Kitab ini dikarang oleh seorang Tabi‘in sehingga datannya dianggap lebih valid. Pada bab Bab Hijraturrasul saw- bina' masjidissyarif, sebagaimana tertulis dalam Risalah Amaliyah NU, para sahabat juga bersenandung saat membangun membangun Masjidirrasul saw dengan melantunkan syair: "Laa 'Iesy illa 'Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhaajirah." Senandung para sahabat kemudian diikuti oleh Rasulullah dengan semangat. Mengenai makna berdiri (qiyaman), duduk (qu'udan) dan berbaring ('alajunubihim), mengandung tafsir, bahwa ayat tersebut diatas lebih dititikberatkan kepada bagaimana tata cara orang shalat, yaitu bisa dilakukan dengan berdiri, duduk, maupun tiduran. Namun secara umum dapat juga diartikan dzikir secara lafdziy. Seseorang dapat berdzikir kepada Allah dengan segala tingkah sesuai kemampuannya. Dalam majlis dzikir, sebagian orang mungkin duduk, sebagian lagi berdiri dan mungkin ada yang tiduran tergantung kondisi masing-masing individu. Selain dalil di atas, juga ada hadis Qudsy yang menyatakan anjuran untuk berdoa, berdzikir, dengan sirran wa jahran (pelan dan terang), di dalam hati, dalam sendiri maupun berjamaah. "Bila ia (hambaku) menyebut namaKu dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam Diriku, bila mereka menyebut namaKu dalam kelompok besar, maka Aku pun menyebut (membanggakan) nama mereka dalam kelompok yg lebih besar dan lebih mulia". (HR Muslim). 

28 komentar:

  1. saya terlahir dari keluarga lingkungan NU, yang saya heran kakak saya yang ikut pondok yang berbau sangat nu giat sekali mengikuti rangkaian kegiatan seperti istighosah tahlilan yasinan dan sebagainya. sedangkan saya sadar kalau seperti tahlilan dasarnya apa ya ,,,, saya teringat hadist 3 amalan yang tidak terputus setelah mati. dan selain itu seperti menggelar kenduri selamatan. kenduri menurut saya tradisi yang cenderung membuat mubadzir, dan selamatan seingat saya ada hadist atau ayat saya lupa, intinya hadiah dari mendoakan orang yang didoakan tidak diperbolehkan. jadi sekarang saya lebih dahulu berdasarkan sumber bukan asal ikut tradisi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di bbrp hadis nabi pernah berjupa dg orang yg minta tolong setelah dioerhatikan ternyata itu dari sebuah makam akhitnya nabi mendoakan dan di ambilkan pelepah kurma di taruh diatasnya, (di contoh nu sekarang). Seandainya kamu mengabaikan hadis diatas, bisa juga tahlilan itu diselenggarakan oleh keluarga (anak) sebagai bentuk bakti amalan sholeh/sholehah kepada orang tua yg bisa nyambung ketika orang tua sdh tiada.
      Dipondok itu kitab yg mau dikaji disesuaikan dg kemampuan murid dan bertahap sesuai porsinya otomatis lebih tepat dan sistematis. Kalau belajar sendiri dari buku atau internet bisa jadi tidak pas porsinya dan referensinya kurang jelas akhirnya lebih mengutamakan nalar dalam menafsirkan alquran atau hadist tanpa melihat asbabunnujumnya dan dalil2 lain itu bisa berbahaya.
      Biasanya cenderung menyalahkan amalan orang lain, dan menganggap orang lain sesat.

      Hapus
  2. Tdk ada yg mubadzir makanan dri tahlilan,selametan karna semua itu sedekah yg di bagi2 untuk tetangga kita, bla ada yg bilang makanan tahlilan,selametan itu mubadzir maka orang yg berkata seperti itu orang pelit kikir yg tdk mau bersedekah makanan ketetangga y.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Andaikan aku dekat,,
      Aku mau hadirin kenduri..karna aku lapar..
      Adakah yg ingin sedekah utkku(?)

      Hapus
  3. Tdk ada yg mubadzir makanan dri tahlilan,selametan karna semua itu sedekah yg di bagi2 untuk tetangga kita, bla ada yg bilang makanan tahlilan,selametan itu mubadzir maka orang yg berkata seperti itu orang pelit kikir yg tdk mau bersedekah makanan ketetangga y.

    BalasHapus
  4. Tdk ada yg mubadzir makanan dri tahlilan,selametan karna semua itu sedekah yg di bagi2 untuk tetangga kita, bla ada yg bilang makanan tahlilan,selametan itu mubadzir maka orang yg berkata seperti itu orang pelit kikir yg tdk mau bersedekah makanan ketetangga y.

    BalasHapus
  5. Kasihan sekali anak ini , berbuat baik saj masih mikir Dalil . Muhammadiyah saja pada muktamar yg ke sekian sudah memperbolehkan Tahlilan , katanya dalilnya sudah ketemu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bertahlil bukan tahlilan sebaiknya anda konfirmasi ke Muhamadiyah di kota anda

      Hapus
  6. Karena semua sudah ada ketentuannya,maka beribadah lah dengan ilmu.. Sembarangan atau Brlebihan (tidak berdasarkan hadis dan quran) dalam beribadah itu sama dengan menganggap ajaran islam kurang sempurna.. Naudzubillah

    BalasHapus
  7. “Apa yang kalian lakukan?! Celaka kalian wahai ummat Muhammad, betapa cepatnya kebinasaan kalian, para sahabat nabi kalian masih banyak, dan ini pakaian beliau juga belum rusak, perkakas beliau juga belum pecah, demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, kalian ini berada dia atas agama yang lebih baik dari agama Muhammad, atau kalian sedang membuka pintu kesesatan? (Diriwayatkan oleh Ad-Darimy di dalam Sunannya no. 2o4, dan dishahihkan sanadnya oleh Syeikh Al-Al-Albany di dalam Ash-Shahihah 5/12)

    BalasHapus
  8. Waduh mala ribet masalah gak jelas. Tegakan tuh sahadat & sholatnya dulu. Insyaalloh kita akan terarah sendiri sesuai petunjuk ALLOH SWT. sholatnya msh pd bolong2 termasuk aku. Mala bahas yg aneh2

    BalasHapus
  9. Yg mau tahlilan & istiqhosa monggo yg gak mau monggo gitu aja kok repot. Pake njlimet cari dalil segala. Yg gak boleh itu pulang istighosa bwh sandal teman. ITU JELAS DILARANG. Oleh agama & negara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ibadah cari dalillnya, kalau tidak ada dalil jangan dilakukan (contoh apakah ada dalil sholat subuh 3 rakaat, krn tdk ada dalil maka tidak boleh digunakan) Sedangkan muamalah cari larangannya, kalau dilarang jangan dilakukan (contoh apakah minum jus apokat ada dalilnya... tidak ada dalillnya..) wallahu A'lam...

      Hapus
  10. Saran saya, kalau ada dalilnya lakukan,dan kalau tidak ada dalil jangan dilakukan.

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

    مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

    “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,

    أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

    “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ko hadist nya setengah gak dari awal....Afwan ahki...

      Hapus
  11. Kembali ke Al quran dan sunnah rosul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke.... Bgai mana caranya...imam buhori aja yg menghimpun hadist masih bermadhab.... Apa kita sudah bisa melebihi imam Bukhari..dalam bidang ilmu atau ibadah...

      Hapus
  12. Brrbeda pandangan, berbeda pendapat bahkan berbeda manhaj jangan dipandang sbg org/kelp yg salah, tertolak amalnya dll... Hentikan.
    Berangkatlah dari yg wajib yaitu persatuan baru yg sunnah dst...
    Sehingga Islam kuat, muslim besatu & izzah islam nomor satu...
    Allohu Akbar...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg belum pernah istighosah... Cobalah...
      Alloh akan melembutkan hati & menuntun Anda...

      Hapus
  13. Kalo tahlilan boleh...
    3 amalan yg tdk terputus, doa anak...(bukan tetangga) jadi ada baiknya pas tahlilan anak si mayit ikut serta, tidak sibuk didapur...sedangkan berkat/makanannya anggap saja terimkasih dari sianak utk tetangga yg sudah menemani mendoakan...

    BalasHapus
  14. Ilmu Allah maha luas saudaraku..janganlah kita saling menyalahkan..saling menghormati..itu kuncinya...jadikan Ukhuwah Islamiyah yang utama..

    BalasHapus
  15. Klo di tempat kami nama tahlilan di rubah dengan baca alquran, baca tahlil, baca tahmidz, dan berdoa bersama-sama. Insya allah dg cara seperti ini ada dalilnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalaulah ada suatu perkara yng diperselisihkan maka kembalikanlah ke qur'an dan sunnah,wallohua'lam

      Hapus
  16. Kalau ada suatu perkara diperselisihkan mka kembalikan ke qur'an dan sunnah,wallohua'lam

    BalasHapus
  17. Kalau ada suatu perkara diperselisihkan mka kembalikan ke qur'an dan sunnah,wallohua'lam

    BalasHapus
  18. saya pribadi kalau itu ibadah tipis sekali dalilnya saya tinggalkan dulu..masih banyak ibadah ibadah yang jelas dalilnya yang bisa kita kejar pahalanya.dan seperti hukum isbal saya lakukan dengan pertimbangan kalo celana panjang kuatir dosa di naikan di atas mata kaki tidak menggugurkan keislaman seseorang,masih menutup aurat laki laki,tidak mengganggu ketertiban umum,hanya di cap radikal,aliran celana cingkrang,wahabbi dan semua itu tidak sakit di badan dan di hati

    BalasHapus
  19. Kalo saya dalam soal ibadah sebaik nya ada tuntunanya, naik dari Qur'an atau Hadist, krn Allah menurunkan agama Islam sdh sepurna melalui Nabi Muhammad sholallahu 'alaihiwasallam

    BalasHapus