Al-Iraqi
dalam Tharh at-Tatsrib mengatakan bahwa As-Suhaly telah mengumpulkan dalam
kitabnya Ar-Raudh al-Anif dimana terdapat tujuh cara wahyu yang diterima Nabi.
Pertama,
mimpi
Kedua,
dihembuskan ke dalam jiwa Nabi perkataan yang dimaksudkan. Mujahid dan
kebanyakan ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wahyu dalam QS.
Asy-Syura [42] ayat 51 ialah Tuhan memasukkan wahyu yang dimaksudkan kedalam
jiwa Nabi.
Ketiga,
gerincingan lonceng yang sangat keras. Martabat inilah paling berat diterima
Nabi.
Keempat,
malaikat menyerupakan dirinya sebagai seorang laki-laki. Jibril pernah dating
kepada Nabi dalam rupa Dihyah ibn Khalifah, seorang lelaki yang sangat elok
rupanya.
Kelima,
Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi dalam rupanya yang asli yang
mempunyai enam ratus sayap.
Keenam,
Allah berbicara dengan Nabi dari belakang hijab, baik Nabi dalam keadaan sadar
seperi dimalam Isra’ ataupun dalam tidur, seperti yang diriwayatkan oleh At-Turmudzy
dari hadits Mu’adz.
Ketujuh,
Israfil turun membawa beberapa kalimat wahyu sebelum Jibril datang membawa
wahyu Al-Qur’an.
Menurut
keterangan dari Amir asy-Sya’by bahwa 3 tahun lamanya Israfil selalu datang
kepada Nabi dan menyampaikan kepadanya beberapa ketetapan. Sesudah itu JIbril
datang membawa Al-Qur’an.
Ibnu
Qayyim dalam Az-Zad menyebut ada tujuh cara akan tetepi tidak menyebut cara
keenam sebagaimana diatas, sebagai gantinya disebutkan cara keenam yaitu wahyu
Allah kepada Nabi di waktu Nabi berada diruang angkasa pada malam Mi’raj. Dan
yang ketujuh dikatakan bahwa wahyu Allah kepada Nabi dengan tidak memakai
perantaraan malaikat seperti Allah berkata kepada Musa.
Asy-Syamy
dalam Sirah-nya menyebutkan delapan macam, yang ketujuh ialah datangnya wahyu
seperti suara lebah. Diberitakan oelh Umar bahwa apabila Rasulullah menerima
wahyu didengarkan di sisinya suara seperti suara lebah. Dan yang kedelapan
dikatakan ialah faham yang dimasukkan kedalam hati Nabi diwaktu beliau
berijtihad menetapkan hukum.
Segolongan
ahli ilmu berpendapat bahwa ada lagi suatu cara penyampaian wahyu yaitu Allah
langsung berbicara dengan Nabi bertatap mua dengan tidak ada hijab. Pendapat
ini berdasarkan kepada endapat yang mengatakan bahwa Nabi pernah melihat Allah
dengan mata kepala. Pendapat ini diperselisihkan oleh ulama salaf dan khalaf
serta jumhur sahabat, bahakan mereka semua menyetujui pendapat Aisyah yang
menolak dengan keras bahwa Nabi pernah melihat Allah dengan mata kepalanya.
Utsman ibn Sa’id as-Darimy dalam sunan-nya menghikayatkan ijma’ sahabat
terhadap pendapat Aisyah itu.
Menurut
riwayat yang shahih bahwa nabi saw. Menerima wahyu yang datang dengan suara
keras menyerupai lonceng dengan sangat berat, sehingga keluar keringat dari
dahinya walaupun hari sangat dingin. Dan kendaraannya menderum ketanah ketika
beliau sedang menungganginya. Pernah sekali datang wahyu sedemikian di waktu
paha beliau diletakkan diatas paha Zaid ibn Tsabit, kemudian Zaid merasa berat
sekali.
Oleh
karena itu, maka pengarang Barat menuduh bahwa Nabi sering ditempa epilepsy
(ayan), padahal tanda-tanda penyakit tersebut yang menurut ilmu kedokteran
tidak sedikitpun terdapat pada Nabi diwaktu turun wahyu itu.
0 komentar:
Posting Komentar